loading...
KISAH NABI HUD AS
Nabi Hud adalah keturunan Sam bin Nuh (cucu Nabi Nuh). Beliau diutus Allah SWT kepada kaumnya yang disebut dengan kaum ‘Ad. Suatu kaum yang bertempat tinggal di sebelah utara Hadramaut dari negeri Yaman.
Nabi Hud As selalu menyeru kaumnya untuk menyembah Allah SWT, dan meninggalkan agama berhala, serta melarang menganiaya sesama manusia. Nabi Hud diutus kepada kaumnya yaitu bangsa ‘Ad, mereka termasyhur sekali karena besar-besar tubuhnya dan kuat. Mereka mempunyai kebun-kebun yang luas, beserta hasil bumi yang berlipat ganda banyaknya. Dengan kekayaan yang melimpah ruah, mereka dapat membuat rumah dan istana yang indah, untuk tempat tinggal mereka masing-masing.
Karena kebahagian hidup yang berlimpah, mereka lupa akan asal-usulnya, mereka tidak tahu darimana asalnya segala nikmat dan rahmat yang berlimpah itu. Mereka berterima kasih atas semua nikmat dan rahmat itu kepada batu-batu, dan kepada batu itu pulalah mereka minta tolong bila ditimpa kesusahan hidup dan penghidupan mereka. Agar mereka tidak sesat Nabi Hud menyeru sebagaimana diterangkan dalam Al Qur’an surah Hud ayat 50, dibawah ini:
“Kami telah mengutus kepada kaum ‘Ad, seorang saudaranya yang bernama Hud, seraya berkata: “Hai kaumku! Sembahlah kamu Allah, tiada Tuhan bagi kamu selain Dia. Tiadalah kamu melainkan orang yang selalu mengada-ngadakan saja.”
Dalam surah Hud ayat 51 Nabi Hud As menyatakan:
“Hai kaumku! Saya tidak meminta upah kepadamu, dan tiada yang memberi saya upah, melainkan Allah yang menjadikan saya. Apakah kamu tidak berakal?”
Selanjutnya dalam surah Hud ayat 52, Nabi Hud menyeru kepada kaumnya:
“Hai kaumku! Minta ampunlah kepada Tuhanmu dan bertobatlah kamu kepadaNya, niscaya Ia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit, dan Ia menambah kekuatan bersama kekuatanmu, sebab itu janganlah kamu berpaling, nanti kamu akan menjadi orang yang berdosa!”
Ajakan dan seruan Nabi Hud As itu dijawab oleh mereka sebagaimana yang tertera di dalam Al Qur’an surah Hud ayat 53, yaitu:
“Mereka menjawab: “Wahai Hud! Tiada engkau mendatangkan kepada kami suatu keterangan, sebab kami tidak suka meninggalkan tuhan kami dengan semata-mata perkataan engkau itu saja, dan tidaklah kami percaya kepada engkau.”
Dan surah Hud ayat 54, yaitu:
“Tiadalah kami mengatakan, melainkan diantara tuhan kami telah menimbulkan kejahatan kepada engkau (yaitu penyakit gila). Hud berkata: Sesungguhnya saya mempersaksikan hal ini kepada Allah dan jadi saksilah kamu, bahwa saya berlepas diri daripada yang kamu persekutukan.”
Itulah dialog yang terjadi antara Nabi Hud dengan kaumnya. Mereka tetap tidak mau menerima ajakan Nabi Hud As. Namun, Nabi Hud As terus mengajak mereka, bagaimanapun sambutan yang diperoleh dari mereka yang ingkar itu. Demikian dari waktu ke waktu, tahun ke tahun, beratus-ratus tahun lamanya. Hanya sedikit sekali yang mengikuti ajarannya itu.
Mereka benar-benar tidak mau beriman, mereka juga tidak mau berhenti berbuat durhaka dan jahat, mereka hanya berbuat apa yang mereka hendaki dengan tidak menghiraukan siapa saja, termasuk Nabi Hud. Sifat takabbur mereka sudah demikian hebatnya, sehingga mereka tidak dapat diubah oleh siapapun juga.
Karena begitu hebat ingkar mereka terhadap ajaran Nabi Hud As maka Allah memberikan laknatnya kepada mereka, dengan terbentanglah di langit awan yang hitam panjang. Melihat keadaannya yang sangat ganjil, mereka semua keluar rumah untuk menyaksikan awan itu. Akhirnya mereka berkata, “Itulah awan panjang, yg menandakan bahwa sebentar lagi akan turun hujan untuk menyiram tanah tanaman kita, memberi minum kepada binatang-binatang ternak kita.”
Nabi Hud As berkata kepada mereka: “Itu bukanlah awan rahmat, tetapi awan yang membawa angin samun yang akan menewaskan kamu sekalian, angin laknat yang penuh dengan azab siksa yang sepedih-pedihnya.”
Kemudian angin dahsyat berhembusan, luarbiasa hebatnya. Binatang-binatang ternak mereka yang sementara berkeliaran di padang ternak mereka, kecil besar turut terbang berhamburan. Mulailah mereka takut dan berlarian kesana-kemari masuk ke rumah mereka masing-masing. Tujuh malam dan delapan hari lamanya, angin laknat yang keras itu bertiup sehebat-hebatnya. Jangankan manusia dan binatang-binatang tidak musnah, sedangkan batu-batu dan gunung-gunung hancur. Demikianlah jadinya manusia kuat yang takabbur itu. Kecuali Nabi Hud dan kaumnya yang beriman selamat terhindar dari siksaan Allah SWT itu, sejalan dengan firman Allah dalam surah Al Baqarah ayat 6-8, yaitu:
“Adapun ‘Ad dibinasakan dengan angin yang amat keras, dan amat dinginnya, ditimpakan kepada mereka tujuh malam delapan hari tanpa putus.
Maka kelihatan mereka bergelimpangan mati sebagaimana batang korma yang telah roboh. Habis binasalah semuanya karena kedurhakaan mereka juga.”
Adapun Nabi Hud As dan para pengikutnya tetap berada di dalam rumah mereka, tanpa merasakan sedikit juga akibat dari bahaya angin ribut yang sangat dahsyat. Setelah terjadi peristiwa itu Nabi Hud As pindah tempat karena negeri itu sudah rusak binasa. Dia pindah ke Hadramaut, dimana Nabi Hud hidup sampai wafat disana.
Itulah tadi pemaparan artikel yang berjudul Kisah Nabi Hud. Semoga bisa bermanfaat.
SELAMAT BELAJAR. . .
loading...